A.
Biologi
Rumput laut atau seaweed
sangat populer di dunia perdagangan. Dalam dunia ilmu pengetahuan rumput
laut dikenal sebagai alga. Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah,
yang tidak mempunyai batang, akar, dan daun sejati. Tanaman ini hanya
menyerupai batang yang disebut thalus dan umumnya menempel pada subtrat keras,
pasir, lumpur, batu, dan benda-benda keras lainnya. Rumput laut dapat juga
menempel pada rumput laut lain secara epifitik.
Perbedaan sifat dan
biologis rumput laut di Indonesia mengakibatkan perbedaan cara penyebaran di
wilayah negara kita. Pengetahuan tentang penyebaran tiap – tiap spesies akan sangat membantu kita dalam menentukan
spesies yang akan kita budidayakan. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut
sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor oseanografi (fisika, kimia dan
pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis subtrat dasarnya.
Secara taksonomi, rumput laut dikelompokan kedalam
divisio Thalophyta karena secara umum
semua bagian rumput laut berupa thalus. Sedangkan berdasarkan kandungan pigmen
rumput laut dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu :
1.
Rhodophyceae (alga merah)
2.
Chlorophyceae (alga hijau)
3.
Phaeophyceae (alga coklat)
Secara umum alga makroskopis memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Tubuhnya tersusun dari banyak sel
2. Struktur tubuhnya berupa thalus yaitu suatu struktur yang
belum dapat dibedakan dengan jelas antara akar, batang dan daun.
3. Di dalam sel-sel tubuhnya terdapat pigmen penyerap cahaya
yang berupa kloroplas atau kromatofora.
4.
Bersifat autotrof yang dapat menghasilkan zat organik dan
oksigen melalui proses fotosintesis
5.
Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
B.
Klasifikasi Rumput
Laut
Untuk menentukan
divisi dan mencirikan kekerabatan antar kelas secara khas di pakai
komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Dari proses fotosintesis Rhodophyceae
menghasilkan Floridian starch,
mannoglyceryt dan floridocyt. Phaeophyceae menghasilkan mannitol,
laminarian, selulosa, algin dan fucoin dari proses fotosintesisnya. Sementara itu
dari proses fotosintesis Chlorophyceae dihasilkan
kanji dan lemak.
Kandungan pigmen juga menjadi kriteria penting dalam
penentuan klasifikasi rumput laut. Rhodophyceae mengandung klorofil a dan d,
alfa dan beta karoten, lutein, zeaxantin, picobiliprotein, r-phycocyanin,
r-phycoerytrin. Phaeophyceae
mengandung pigmen klorofil a dan c, alfa dan beta karoten, xantofil,
fucoxantin, flavoxantin dan violaxantin. Sementara Chlorophyceae mengandung pigman klorofil a dan b, alfa dan beta
karoten, lutein, zeaxantin, siponoxantin dan xantofil.
1.
Alga Merah
Mayoritas spesies
rumput laut adalah bagian dari Divisi Rhodophyceae, atau alga merah. Mereka ditemukan
dalam berbagai bentuk fisik, termasuk filamen sederhana dan bercabang, tanaman
berdaging, dan lembaran. Beberapa alga bersel tunggal merah sementara yang lain
bisa mencapai panjang 2 atau 3 meter. Alga merah memiliki struktur antarsel yang
unik, yang memberikan mereka kualitas, kenyal seperti karet.
Phycocyanin dan
phyckoerytrin pada alga merah menyebabkan warna hijau klorofil tidak kelihatan.
Cadangan utama dari alga merah berupa tepung floridean, yang identik dengan
amilopektin bercabang. Dinding sel alga merah mengandung selulosa, galaktans
(seperti agar, karagenan), silan, dan mannan, terdiri dari dua lapis yaitu
lapisan mikrofibril yang keras di bagian dalam dan lapisan gel di sebelah luar.
Alga merah dapat
hidup pada kedalaman yang lebih dalam dibandingkan jenis lain dari alga. Hal
ini karena cahaya merah dengan cepat disaring oleh kolom air, sedangkan cahaya
hijau dan biru menembus lebih dalam. Alga merah memantulkan cahaya merah, tapi
menyerap cahaya dalam spektrum biru dan hijau untuk mendapatkan energi,
sehingga mereka dapat bertahan hidup di mana hanya sedikit cahaya menembus
perairan. Beberapa alga merah telah ditemukan hidup sedalam 200 m. Meskipun alga
merah ditemukan di semua samudra, mereka yang paling umum di iklim hangat-temperate
dan tropis, di mana mereka dapat terjadi pada kedalaman lebih besar daripada
organisme fotosintetik lain. Sebagian besar alga, yang mengeluarkan kalsium
karbonat dan memainkan peran utama dalam membangun terumbu.
Eucheuma spinosum salah satu jenis alga merah yang banyak di budidayakan
2.
Alga Coklat
Phaeophyceae adalah alga yang berwarna pirang. Dalam kromatoforanya
terkandung klorofil a, karoten, dan xantofill, tetapi terutama Fucoxantin yang
menutupi warna lainnya dan yang menyebabkan alga ini berwarna pirang.
Kebanyakan Phaeophyta hidup dalam air
laut,hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Di laut dan samudera di
daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar
dan sangat berbeda-beda bentuknya. Alga ini termasuk bentos, melekat pada
batu-batu, kayu, sering juga sebagai epifit pada thalus alga lain bahkan ada
yang hidup sebagai endofit.
Phaeophyceae adalah bentuk paling kompleks dari alga. Dinding sel
terdiri dari selulosa dan asam alginat (polisakarida kompleks). Tidak seperti alga
hijau atau Cholorophyceae, mereka benar – benar mengandung sedikit pati. Cadangan
makanan mengandung gula, alkohol tinggi dan bentuk kompleks lainnya dari
polisakarida.
Sargassum sp salah satu jenis alga coklat yang mempunyai nilai ekonomis penting
3.
Alga Hijau
Divisi ini berbeda
dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b
lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa
amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilose dan amilopektin.
Hampir semua alga
hijau memiliki kloroplas yang mengandung
klorofil a dan b, sehingga memberikan mereka warna
hijau terang serta pigmen aksesori beta karoten dan xantofil. Semua alga hijau
memiliki mitokondria dengan krista datar. Alga hijau biasanya memiliki
dinding sel yang mengandung selulosa , dan menjalani terbuka mitosis tanpa sentriol.
Halimeda sp salah satu jenis alga hijau
C.
Pigmentasi
Kandungan pigmen menjadi kriteria penting dalam penentuan
klasifikasi rumput laut. Rhodophyceae
mengandung klorofil a dan d, alfa dan beta karoten, lutein, zeaxanthin, phycobiliprotein, r-phycocyanin, r-phycoerytrin. Phaeophyceae mengandung pigmen klorofil
a dan c, alfa dan beta karoten, xantofil, fucoxanthin, flavoxanthin dan
violaxanthin. Sementara Chlorophycaea
mengandung pigman klorofil a dan b, alfa dan beta karoten, lutein, zeaxanthin,
siponoxanthin dan xantofil.
Untuk melakukan penyerapan terhadap cahaya, alga mengembangkan berbagai
macam pigmen. Setiap pigmen memiliki tingkat absorpsi yang berbeda terhadap
spektrum warna cahaya. Pigmen-pigmen fotosintesis ini diklasifikasikan dalam
tiga kelompok utama :
1.
Chlorophyl (Chl) yang dengan kuat mengabsorpsi
cahaya biru dan merah, contohnya adalah Chl a (terdapat pada seluruh alga) dan
Chl b (terdapat pada alga hijau).
2.
Carotenoid yang
mengabsorpsi cahaya hijau dan biru, contohnya adalah β-karoten (terdapat pada seluruh alga)
dan fucoxanthin (terdapat pada alga coklat) serta xantofil ( terdapat pada
alga hijau dan merah).
3.
Phycobilin yang
mengabsorpsi cahaya hijau, kuning, dan orange, contoh R-phycoerythrin (terdapat
pada alga merah) dan C-phycocyanin (terdapat pada alga biru-hijau).
Pigmen-pigmen tersebut merupakan antena bagi alga untuk menangkap energi
cahaya.
D.
Habitat
Rumput laut
memainkan peran ekologi yang sangat penting dalam komunitas laut secara umum.
Mereka adalah sumber makanan untuk hewan laut seperti landak laut dan ikan, dan
dasar gizi dari beberapa jaring makanan. Mereka juga menyediakan tempat tinggal
dan rumah untuk berbagai ikan, invertebrata, dan mamalia.
Penyebaran rumput
laut dibatasi oleh daerah litoral dan
sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat
berlangsungnya proses fotosintesa. Didaerah ini merupakan tempat yang cocok
bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Daerah intertidal pada pantai
yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga
coklat terutama alga dari genus Fucus sp.
Alga jenis ini biasanya terdapat diperairan yang dasarnya berlumpur atau
berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya
melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan
karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya.
Dalam budidaya
peran subtrat untuk menempel ini di gantikan oleh tali rafia /cicin yang
diikatkan pada tali ris. Sehingga organ penempel (holdfast) tidak muncul lagi, disamping itu pengikatan rumput laut
pada tali ris juga bertujuan agar rumput laut tidak hilang/jatuh ketika ada
arus yang agak kencang atau pada saat ada angin kencang.
Berdasarkan tempat
tumbuhnya, rumput laut dapat dibagi menjadi ;
1.
Epilitik yaitu jenis rumput laut yang menempel pada batu
2.
Epipelik yaitu jenis rumput laut yang menancap pada pasir
3.
Epifitik yaitu rumput laut yang menempel pada tumbuhan
4.
Epizoik yaitu rumput laut yang menempel pada hewan yang
telah mati
E.
Perkembangbiakan
Siklus hidup dan
reproduksi rumput laut bisa sangat rumit. Beberapa rumput laut yang abadi,
hidup bertahun-tahun, sementara yang lain disebut musiman karena mereka hidup
hanya untuk satu tahun. Rumput laut musiman umumnya mulai tumbuh di musim semi,
dan terus sepanjang musim panas. Selama ombak dan badai kuat, stipes dan blades rumput laut sering terlepas dari
subtrat. Spesies abadi mungkin juga kehilangan banyak blades mereka selama
musim ombak dan badai dan pertumbuhan mereka berkurang.
Rumput laut dapat
bereproduksi secara seksual, dengan bergabung sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina, yang disebut gamet. Seperti sel-sel yang membentuk tubuh kita, sel-sel
tanaman rumput laut dewasa diploid, yang berarti bahwa mereka mengandung dua
set kromosom. Tanaman diploid disebut sporofit karena mereka memproduksi dan
melepaskan spora. Spora yang dihasilkan oleh pembelahan meiosis, yaitu proses pembelahan sel yang membagi dua jumlah
kromosom sel dan bentuk-bentuk baru yang berisi hanya satu set kromosom
(haploid sel). Setelah mereka dilepaskan dari sporofit, spora yang haploid
menetap dan tumbuh menjadi tanaman jantan dan betina disebut gametofit. Para
gametofit juga haploid, dan mereka menghasilkan gamet (sperma atau telur).
Sperma dan telur yang baik dipertahankan dalam tubuh tanaman gametofit, atau
dilepas ke dalam air. Telur yang dibuahi ketika sperma dan sel telur bertemu,
dan terbentuk zygot diploid. Zygot berkembang dan tumbuh menjadi sporofit
diploid, begitu seterusnya.
Siklus hidup Codium sp
Rumput laut
menampilkan berbagai siklus reproduksi dan kehidupan yang berbeda dan uraian di
atas hanya contoh umum dari satu jenis, yang disebut silih bergantinya
generasi. Jika bentuk gametofit dan sporofit terlihat sama, hal itu disebut
isomorfis (bentuk yang sama) dan jika mereka bervariasi dalam penampilan, hal
itu disebut heteromorfik (bentuk yang berbeda).
Sperma dan sel
telur masing-masing memiliki bentuk, ukuran, motilitas yang berbeda. Sperma
umumnya berukuran lebih kecil, berflagela dan dapat bergerak, sedangkan sel
telur berukuran lebih besar, tidak berflagela, dan tidak dapat bergerak. Namun
demikian, pada alga merah (Rhodophyceae), spermanya tidak berflagella dan dapat bergerak secara
amuboid dan disebut spermatia. Spermatia itu dihasilkan di dalam gametangia
kecil yang disebut spermatangia. Sementara itu, oogonium pada alga merah
membentuk tonjolan yang disebut trikogen yang merupakan tempat untuk menerima
gamet jantan (sperma). Oogonium pada alga merah lazim disebut carpogonium.
Pembentukkan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum) dalam suatu proses
perkawinan, memiliki dua pola yaitu; 1) monoecious
yaitu bilamana sperma dan ovum berasal dari satu individu ; 2) dioecious yaitu bilamana sperma dan ovum
masing-masing berasal dari individu yang berbeda. Alga-alga yang melakukan
perkawinan secara monoecious biasanya
disebut alga homothallus, sedangkan
alga-alga yang melakukan perkawinan secara dioecious
biasanya disebut alga heterothallus.
Siklus hidup Laminaria sp
Rumput laut juga
dapat bereproduksi secara aseksual (suatu proses reproduksi yang tidak
melibatkan gamet) melalui fragmentasi. Hal ini terjadi ketika bagian-bagian
tumbuhan pecah dan berkembang menjadi individu baru secara langsung. Semua
keturunan yang dihasilkan dari reproduksi aseksual adalah klon, mereka secara
genetik identik satu sama lain dengan induknya.
Siklus hidup
alga merah terdiri dari tiga fase, yaitu fase gametofit haploid seta fase diploid yang
terdiri dari karposporofit dan tetrasporofit. Alga merah jantan (gametofit
jantan) akan menghasilkan spermatangia yang memproduksi spermatia nonmotil dan
alga betina (gametofit betina) yang menghasilkan sel telur. Sedangkan pada
bagian atas alat kelamin betina (karpogonium) akan tumbuh dan membentuk
tonjolan yang disebut trikogen. Selanjutnya spermatia yang tak berflagela ini
akan menempel di ujung trikogin dengan bantuan arus air. Setelah itu pada bagian
ini akan terbentuk suatu lubang, sehingga spermatia masuk lewat lubang tersebut
dan bertemu dengan sel telur dan akhirnya menyatu membentuk zygot.
Siklus hidup Caulerpa sp
Pada Gracilaria sp dikenal
pertukaran generasi yang bersifat trifasik, yaitu memiliki 3 fase antara
lain fase tetrasporofit, fase gametofit, dan fase karposporofit. Gametofit
betina bersifat haploid akan menghasilkan sistokarp sebagai tempat karpospora
dilepaskan. Selanjutnya karpospora akan tumbuh menjadi tetrasporofit yang
bersifat diploid. Tetrasporofit ini akan menghasilkan tetraspora yang bersifat
haploid melalui proses pembelahan meiosis. Tetraspora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina yang bersifat haploid.
Gametofit jantan menghasilkan spermatia dan gametofit betina menghasilkan sel
telur. Spermatia dan sel telur akan bersatu dan tumbuh menjadi karposporofit
yang berkembang pada gametofit betina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar